Rabu, 16 Desember 2009

Wajah Pekerja PSK







Sunda Kelapa adalah nama sebuah pelabuhan dan tempat sekitarnya di Jakarta. Pelabuhan ini terletak di kelurahan Penjaringan, kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara.

Meskipun sekarang Sunda Kelapa hanyalah nama salah satu pelabuhan di Jakarta, daerah ini sangat penting karena desa di sekitar pelabuhan Sunda Kelapa adalah cikal-bakal kota Jakarta yang hari jadinya ditetapkan pada tanggal 22 Juni 1527.

Pelabuhan Sunda Kelapa telah dikenal semenjak abad ke-12 dan kala itu merupakan pelabuhan terpenting Kerajaan Sunda yang beribukota di Pajajaran. Kemudian pada masa masuknya Islam dan para penjelajah Eropa, Sunda Kelapa diperebutkan antara kerajaan-kerajaan Nusantara dan Eropa. Akhirnya Belanda berhasil menguasainya cukup lama sampai lebih dari 300 tahun. Para penakluk ini mengganti nama-nama pelabuhan Sunda Kelapa dan daerah sekitarnya. Namun pada awal tahun 1970-an, nama kuno "Sunda Kelapa" kembali digunakan sebagai nama resmi pelabuhan tua ini.

Dari segi sejarah, pelabuhan ini pun merupakan salah satu tujuan wisata DKI Jakarta, dan pelabuhan tersebut juga sebagai tempat mencari mata pencaharian bagi para penduduk sekitar.

Selasa, 15 Desember 2009

Semiotika Roland Barthes

Menurut Barthes semiotik adalah suatu ilmu atau metode analisis untuk mengkaji tanda. Tanda-tanda adalah perangkat yang kita pakai dalam upaya berusaha mencari jalan di dunia ini, di tengah-tengah manusia dan bersama-sama manusia. Mempelajari bagaimana kemanusiaan (humanity) memaknai hal-hal(things).

Untuk menganalisis makna dari tanda-tanda dalam foto berita, semiotika dengan pendekatan Roland Barthes, ia membuat sebuah model yang sistematis untuk menganalisis makna dari tanda-tanda. Fokus dari model ini menggaris besarkan pada gagasan tentang signifikasi dua tahap ( two order of signification) :


Roland Barthes, seperti yang dikutip Fiske, (2004, h. 128) menjelaskan :

Signifikasi tahap pertama merupakan hubungan antara signifier dan signified di dalam sebuah tanda terhadap realitas eksternal. Barthes menyebutnya sebagai denotasi yaitu makna paling nyata dari tanda. Konotasi adalah istilah yang digunakan Barthes untuk menunjukan signifikasi tahap ke dua. Hal ini menggambarkan interaksi yang terjadi ketika tanda bertemu dengan perasaan atau emosi dari pembaca serta nilai-nilai dari kebudayaannya. Konotasi mempunyai makna yang subjektif atau paling tidak intersubjektif. Pemilihan kata-kata kadang merupakan pilihan terhadap konotasi, misalnya kata “penyuapan” dengan “memberi uang pelicin”. Dengan kata lain, denotasi adalah apa yang digambarkan tanda terhadap sebuah objek, sedangkan konotasi adalah bagaimana menggambarkannya.

Pada signifikasi tahap ke dua yang berhubungan dengan isi, tanda bekerja melalui mitos (myth). Mitos adalah bagaimana kebudayaan menjelaskan atau memahami beberapa aspek tentang realitas atau gejala alam. Mitos merupakan produk kelas sosial yang sudah memiliki suatu dominasi. Mitos primitif misalnya, mengenai hidup dan mati, manusia dan dewa dan sebagainya. Sedangkan mitos masa kini misalnya mengenai feminitas, maskulinitas, ilmu pengetahuan, dan kesuksesan.

Dalam memaknai foto, khususnya foto berita maka penulis menggunakan enam prosedur Roland Barthes yaitu, trick effects, pose, objects (objek), photogenia (fotogenia), aestheticism (estetisme), dan syntax (sintaksis) dalam memaknai foto berita pada halaman pertama surat kabar Media Indonesia.

Barthes menjelaskan keenam prosedur sebagai berikut :

  1. Tricks Effects (manipulasi foto), memadukan dua gambar sekaligus secara artificial adalah manipulasi foto, menambah atau mengurangi objek dalam foto sehingga memiliki arti yang lain pula.

  2. Pose adalah gesture, sikap atau ekspresi objek yang berdasarkan stock of sign masyarakat yang memiliki arti tertentu, seperti arah pandang mata atau gerak-gerik dari seorang.

  3. Objects (objek) adalah sesuatu (benda-benda atau objek) yang dikomposisikan sedemikian rupa sehingga menimbulkan kesimpulan atau diasosiasikan dengan ide-ide tertentu, misalnya rak buku sering diasosiasikan dengan intelektualitas.

  4. Photogenia (fotogenia) adalah seni atau teknik memotret sehingga foto yang dihasilkan telah dibantu atau dicampur dengan teknik-teknik dalam fotografi seperti lighting, eksposur, printing, warna, panning, teknik blurring, efek gerak, serta efek frezzing (pembekuan gerak) termasuk disini.

  5. Aestheticism (estetika), dalam hal ini berkaitan dengan pengkomposisian gambar secara keseluruhan sehingga menimbulkan makna-makna tertentu.

  6. Syntax (sintaksis) hadir dalam rangkaian foto yang ditampilkan dalam satu judul, di mana makna tidak muncul dari bagian-bagian yang lepas antara satu dengan yang lain tetapi pada keseluruhan rangkaian dari foto terutama yang terkait dengan judul. sintaksis tidak harus dibangun dengan lebih dari satu foto, dalam satu foto pun bisa dibangun sintaks dan ini, biasanya, dibantu dengan caption.


Berikut tabel pemaknaan dalam teknik mengenalisis foto :

Tanda


Makna Konotasi

Photogenia /

Teknis Fotografi


Pemilihan lensa

Normal

Normalitas keseharian


Lebar

Dramatis


Tele

Tidak Personal, voyeuristis

Shot size

Close up

Intimate, dekat


Medium up

Hubungan personal dengan subjek


Full shot

Hubungan tidak personal


Long shot

Menghubungkan subjek dengan konteks, tidak personal

Sudut pandang

High angle

Membuat subjek tampak tidak berdaya, didominasi, dikuasai, kurang otoritas


Eye level

Khalayak tampil sejajar dengan subjek, memberi kesan sejajar, kesamaan, sederajat


Low Angel

Menambah kesan subjek berkuasa, mendominasi, dan memperlihatkan otoritas

Tanda


Makna konotasi

Pencahayaan

High key

Kebahagiaan, cerah


Low key

Suram, muram


Datar

Keseharian, realistis

Fokus

Selective Focusing

Meminta perhatian pada unsur tertentu dalam foto


Depth Focusing

Semua unsur dalam foto penting

Penempatan

Atas

Memeberi kesan subjek berkuasa

subjek / objek

Tengah

Subjek penting

pada bidang foto

Bawah

Subjek tidak penting


Pinggir

Subjek tidak penting


Rabu, 02 Desember 2009

Berqurban


Berqurban : Pemotongan hewan qurban yang dilaksanakan di Masjid Jami Al-Mujahidin, Depok II Tengah, jatuh pada Sabtu (28/11) pagi. Jumlah Hewan qurban yang terkumpul yaitu 21 ekor kambing, dan 3 ekor sapi.

Selasa, 01 Desember 2009

Foto pemotongan hewan qurban dengan menggunakan metode EDFAT







Time (T)
Tahap penentuan penyinaran dengan kombinasi yang tepat antara diafragma dan kecepatan atas ke empat tingkat yang telah disebutkan sebelumnya. Pengetahuan teknis atas keinginan membekukan gerakan atau memilih ketajaman ruang adalah satu prasyarat dasar yang sangat diperlukan.

Foto pemotongan hewan qurban dengan menggunakan metode EDFAT




Angle (A)
Tahap dimana sudut pandang menjadi dominan, ketinggian, kerendahan, level mata, kiri, kanan dan cara melihat. Fase ini penting mengkonsepsikan visual apa yang diinginkan.

Foto pemotongan hewan qurban dengan menggunakan metode EDFAT







Frame (F)
Suatu tahapan dimana kita mulai membingkai suatu detil yang telah dipilih. Fase ini mengantar seorang calon foto jurnalis mengenal arti suatu komposisi, pola, tekstur dan bentuk subyek pemotretan dengan akurat. Rasa artistik semakin penting dalam tahap ini.

Foto pemotongan hewan qurban dengan menggunakan metode EDFAT










Detail (D)
Suatu pilihan atas bagian tertentu dari keseluruhan pandangan terdahulu (entire). Tahap ini adalah suatu pilihan pengambilan keputusan atas sesuatu yang dinilai paling tepat sebagai ‘point of interest’.

Foto pemotongan hewan qurban dengan menggunakan metode EDFAT










Entire (E)
Dikenal juga sebagai ‘established shot’, suatu keseluruhan pemotretan yang dilakukan begitu melihat suatu peristiwa atau bentuk penugasan lain. Untuk mengincar atau mengintai bagian-bagian untuk dipilih sebagai obyek.

Minggu, 29 November 2009

EDFAT

METODE EDFAT
oleh : eddy Hasby

Metode EDFAT (Entire, Detail, Frame, Angle, Time) yang diperkenalkan oleh “Walter Cronkite School of Journalism and Telecommunication Arizona State University”, merupakan konsep pengembangan fotografi pribadi. EDFAT adalah suatu metode pemotretan untuk melatih optis melihat sesuatu dengan detil yang tajam.


EDFAT
Suatu pembiasaan melatih metode EDFAT dalam tindakan fotografi setiap calon foto jurnalis maupun fotografer amatir, setidaknya membantu proses percepatan pengambilan keputusan terhadap suatu event atau kondisi visual bercerita dan bernilai berita dengan cepat dan lugas.

Tahapan-tahapan yang dilakukan pada setiap unsur dari metode itu adalah suatu proses dalam mengincar suatu bentuk visual atas peristiwa bernilai berita. Unsur pertama dalam metode tersebut adalah :

Entire (E)
Dikenal juga sebagai ‘established shot’, suatu keseluruhan pemotretan yang dilakukan begitu melihat suatu peristiwa atau bentuk penugasan lain. Untuk mengincar atau mengintai bagian-bagian untuk dipilih sebagai obyek.
ket :
- memusatkan keseluruhan sebuah peristiwa.
- merekam keseluruhan subjek atau semua elemen yang ada dalam sebuah frame.
- format gambar atau foto dapat horizontal maupun vertikal.

Detail (D)
Suatu pilihan atas bagian tertentu dari keseluruhan pandangan terdahulu (entire). Tahap ini adalah suatu pilihan pengambilan keputusan atas sesuatu yang dinilai paling tepat sebagai ‘point of interest’.
ket :
- merekam lebih detil dari berbagai elemen menyangkut dengan sebuah peristiwa.
- merekam dengan format vertikal dan horizontal.
- detil foto berkaitan dengan kejadian, bila menyangkut sebuah tokoh, pendalaman dan karakter ataupun kebiasaan sang tokoh menjadi wajib diketahui untuk menjadi simbolis maupun semiotik dalam sebuah peristiwa.
- juga dapat suasana emosional subjek pada saat peristiwa terjadi.

Frame (F)
Suatu tahapan dimana kita mulai membingkai suatu detil yang telah dipilih. Fase ini mengantar seorang calon foto jurnalis mengenal arti suatu komposisi, pola, tekstur dan bentuk subyek pemotretan dengan akurat. Rasa artistik semakin penting dalam tahap ini.
ket :
- mengatur komposisi foto dalam bentuk vertikal maupun horizontal.
- menempatkan subjek pada posisi center (tengah), kiri, kanan, atas, maupun bawah.
- pengaturan penggunaan lensa wide, tele, maupun zoom.
- atau dapat dengan mengatur jarak pandang bila menggunakan lensa standar agar komposisi enak di lihat dan terkesan dalam.

Angle (A)
Tahap dimana sudut pandang menjadi dominan, ketinggian, kerendahan, level mata, kiri, kanan dan cara melihat. Fase ini penting mengkonsepsikan visual apa yang diinginkan.
ket :
- angle yang di sini, dimaksudkan ada sudut pengambilan.
- pemahaman komposisi dan bidang gambar yang baik dapat membantu keunikan sudut pengambilan dari sebuah peristiwa.
- sudut pengambilan dapat dari atas (high angle), bawah (low angle), sebatas dengan mata (eye level), dan sebagainya.
Angle disini bisa juga diartikan berupa keunikan
ket :
- kepekaan dalam menangkap momen atau peristiwa dan mempertajam keunikan dalam peristiwa tersebut akan memberikan warna dan kelengkapan peristiwa.
- rasa humanis yang tinggi juga dapat melahirkan sudut dan angle dari sebuah peristiwa.
- kepekaan tersebut harus diasa terus menerus, terutama pada tahap pendalaman materi dalam sebuah peristiwa.

Time (T)
Tahap penentuan penyinaran dengan kombinasi yang tepat antara diafragma dan kecepatan atas ke empat tingkat yang telah disebutkan sebelumnya. Pengetahuan teknis atas keinginan membekukan gerakan atau memilih ketajaman ruang adalah satu prasyarat dasar yang sangat diperlukan.
ket :
- ketepatan waktu dalam menekan shutter atau rana menjadi hal yang penting pada kedalaman sebuah foto pada sebuah peristiwa.
- saat yang tepat itu, memberikan ketepatan informasi dan makna dalam sebuah foto.
- cerita dalam sebuah foto sudah memiliki simbol yang kuat.

Selasa, 20 Oktober 2009

Bundaran HI











Bundaran Hotel Indonesia (HI) dengan Tugu Selamat Datangnya adalah satu dari sekian banyak Jakarta building icon. Bangunan monumental ini berdiri di pertemuan Jl. Tamrin dan Jl. Sudirman. Posisinya sendiri berada pada sumbu axis utara – selatan yang menghubungkan Pelabuhan Tanjung Priok di utara dengan Kebayoran di sisi selatan. Bundaran HI sendiri merupakan taman air.

Di tengah-tengah Bundaran HI yang memiliki diameter 100 meter terdapat patung sepasang pemuda – pemudi yang melambaikan bunga. Ini lah yang disebut Tugu Selamat Datang. Ide bangunan ini dari Presiden Soukarno dan dikerjakan oleh pejabat Wakil Gubernur Jakarta saat itu, Henk Ngantung. Dengan setinggi 7 meter dan terbuat dari perunggu, patung tersebut berdiri di atas dua tiang beton setinggi 30 meter.

Bundaran HI ini bisa dikatakan merupakan satu kesatuan dari Hotel bintang 5 tertua di Asia Tenggara, Hotel Indonesia (sejak 20 Mei 2009, bernama Hotel Indonesia-Kempinski). Hotel yang dianggap proyek mercusuar Presiden Soekarno ini dibangun dalam rangka pergelaran besar Asian Games IV 1962. Dalam pembangunannya Presiden Soekarno mengobarkan slogan "A Dramatic Symbol for Free Nation Working Together". Arsitek dari bangunan ini adalah Abel Sorensen dan istrinya Wendy Sorensen yang berkebangsaan Amerika. Dengan diresmikannya Hotel Indonesia pada 5 Agustus 1962, Bundaran HI beserta Tugu Selamat Datang seakan menunjukkan sambutan yang ramah Bangsa Indonesia dalam menyambut duta-duta olahraga Asian Games 1962.